Penghuni Langit
Beberapa kisah yang telah terjadi, selalu membawa hikmah. Salah satunya adalah kisah Uwais Al-Qarni. Uwais Al-Qarni adalah penghulu para Tabi’in. Ia berasal dari Qabilah Murad, lalu dari Qarn , dimana Qarn sendiri adalah bagian dari Murad. Ia seorang yang sangat terkenal dilangit, namun dihinakan oleh tetangganya karena ia lelaki miskin dan berpenyakit, bahkan Uwais pernah dianggap gila oleh masyarakat sekitarnya.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah meriwayatkan hadits tentang keutamaan Uwais, “Sesungguhnya sebaik-baik generasi tabi’in adalah orang yang bernama Uwais. Dia mempunyai seorang ibu dan mempunyai belang putih ditubuhnya. Lalu dia berdoa hingga Allah menghilangkan belang itu kecuali hanya tersisa sebentuk dirham.” (HR. Muslim dalam shahihnya No. 2542)
Uwais Al Qarni memiliki riwayat penyakit sopak (Vitiligo). Karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang. Walaupun di tubuhnya terdapat cacat tapi ia adalah pemuda yang taat dan sangat berbakti kepada ibunya. Uwais senantiasa sabar dalam merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Tidak banyak yang tahu kemuliaan Uwais Al-Qarni. Seorang pemuda miskin yang tidak dikenal di bumi, namun terkenal di langit.
Mengenal sosok Uwais Al-Qarni, beliau adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, sebagian riwayat mengatakan mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai saudara dan keluarga sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja dengan menggembalakan domba-domba milik orang lain pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat kebutuhannya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Sungguh mulia hati dari Uwais Al Qarni meskipun kondisinya susah tetapi tetap peduli dengan orang lain.
Sebagai wujud baktinya Uwais Al Qarni kepada ibunya beliau dengan kasih sayang merawatnya dan memenuhi semua permintaan ibunya. Namun ada satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin usia Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya.
Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar.
Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, kebanyakan masyarakat kala itu heran, kira-kira anak lembu itu diapakan oleh Uwais? Tidak mungkin jika lembu itu digunakan untuk pergi Haji. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak-balik, mondar mandir menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais sudah gila.. Uwais sudah gila…”seru orang-orang. Memang, kelakuan Uwais terasa sungguh aneh.
Tiada pernah ada hari yang dilewatkannya tanpa menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Dengan latihan yang cukup intens setiap hari itu, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi. Setelah beberapa bulan berlalu, sampailah musim Haji. Dikala musim haji pun tiba Uwais sampaikan kepada ibunya, “Wahai Ibu, Mari kita berangkat ke Makkah!”
“Dengan apa kita kesana? Ibumu ini lumpuh dan kita tidak punya kendaraan,” ucap ibunya dengan sedih.
“Aku akan menggendong ibu,” jawab Uwais.
Maka pada hari itu Uwais pergi ke Makkah dengan menggendong ibunya. Di punggungnya, Uwais menggantungkan perbekalan makanan berupa roti dan air minum. Orang-orang yang sebelumnya mengejek Uwais kali ini mereka tertegun. Akhirnya mereka tahu maksud Uwais menggendong sapi naik turun bukit setiap hari tidak lain adalah untuk menggendong ibunya yang sudah lumpuh.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. Alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi mimpi ibunya. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya hingga saat tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah.
Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran.
Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah Ridha dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.” ucap Uwais.
Begitulah kerendahan hati Uwais yang tulus dan penuh cinta. "Berdoalah agar Allah menyembuhkan penyakitmu,” pinta sang ibu.
"Biarlah aku jalani apa yang sudah Allah tetapkan Bu,” jawab Uwais yang sedikit keberatan dengan permintaan ibunya.
Akhirnya Uwais menaati ibunya dengan berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
Seluruh yang bernyawa pasti akan merasakan mati. begitupun dengan Uwais. Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan di mandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang ingin berebutan ingin memandikannya. Dan ketika di bawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa ke pusaranya, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk menyusungnya.
Meninggalnya Uwais Al Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman kala itu. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan dan tidak lazim. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal masyarakat setempat berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al Qarni adalah seorang yang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba-domba milik orang lain? Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal, mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.”
Berita meninggalnya Uwais Al Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar kemana-mana.
Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang dirinya. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi, bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit.
Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua, dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR Ibnu Majah).
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun