Tak Satu Cerita
Cerita ini, memang telah ku lalui sendiri, yang tak hanya pernah ku baca dan dengar di telinga, tapi nyata menyusup perlahan ke dada, tapi terasa seperti "Tak Satu Cerita". Konon, itu seakan bicara tentang kita, atau tepatnya, tentang aku dan masa lalu yang sudah jauh. Kata demi kata itu seperti cermin dari luka yang pernah aku peluk diam-diam. Tentang harapan yang tak lagi pulang. Tentang dua hati yang pernah berjalan searah, tapi akhirnya memilih jalan berbeda.
Kini aku menyadari, mungkin memang kita tak ditakdirkan untuk satu cerita. Kita sempat singgah, tapi tak sempat menetap. Kita sempat tertawa, tapi tak pernah benar-benar bersama. Dan dari semua yang pernah ada, aku tak lagi menyimpan sesal. Karena aku tahu, yang sudah selesai tak perlu diulang, tak perlu dikisahkan ulang dalam hati yang mulai sembuh.
Cerita itu mengajarkanku bahwa tak semua yang indah harus dimiliki selamanya. Beberapa kisah hanya hadir untuk mengajarkan arti kehilangan, agar kita tahu cara melepaskan. Aku membacanya, bukan untuk diingat, Aku mendengarnya, bukan untuk mengenang, tapi untuk menutup buku lama yang sudah usang. Aku tak ingin lagi mengingatkanmu, tak ingin lagi menyusuri jejak yang seharusnya sudah lama tertimbun waktu.
Tidak akan ada hari ini tanpa sebelum. Awalnya mungkin aku tak berkutik, tapi mungkin tiba waktuku untuk rela. Walau keikhlasan (yang tersedia) tidak untuk diungkit-ungkit, difikirkan, dan diungkapkan.
Kini aku telah sampai pada titik itu, titik di mana aku tak menoleh lagi. Aku sudah tidak menanti kabar darimu, tidak lagi berharap kau kembali. Aku telah berdamai dengan kepergianmu, bukan karena aku lemah, tapi karena aku akhirnya kuat. Aku telah belajar bahwa kisah kasih bukan tentang menggenggam erat, tapi tentang tahu kapan harus melepaskan dengan tenang.
Dan mungkin mulai hari ini, aku memilih untuk tidak kembali. Aku memilih untuk memulai. Dengan semangat baru, dengan langkah yang lebih ringan, dan dengan hati yang tak lagi dibayangi siluetmu. Aku percaya, di depan sana ada cerita lain yang menunggu ditulis. Cerita yang tak berisi air mata yang tertahan, tapi tawa yang benar-benar tulus. Aku akan membuka lembaran baru bersama seseorang yang juga ingin menulis kisah yang sama, dari awal, tanpa luka yang diseret dari masa lalu.
Aku tak lagi bertanya kenapa kamu pergi, karena jawabannya tak penting lagi. Aku tak ingin tahu apakah kamu menyesal, karena aku pun sudah selesai merasa kehilangan. Aku telah mengubur semua harapan yang dulu kutanam dalam namamu. Biarkan mereka membusuk dan menjadi tanah yang subur bagi tunas harapan yang baru.
Karena setiap orang berhak bahagia, termasuk aku. Aku berhak merasakan kasih yang sehat, yang tidak saling menyakiti diam-diam. Dan aku tahu, aku akan sampai di sana. Aku akan bertemu seseorang yang tidak perlu aku kejar, karena dia memilih berjalan bersamaku. Seseorang yang tidak membiarkanku merasa sendiri dalam hubungan yang katanya takdir.
Hari ini, bukan hanya tentang cerita yang indah, tapi tentang keputusan yang bijak. Tentang hati yang belajar melepaskan dan tidak lagi menoleh. "Tak Satu Cerita" adalah kisah penutup. Dan aku, akhirnya siap menulis halaman pertama dari cerita yang benar-benar baru, yang perlu dibersamai, diperjuangkan dan didoakan.
siapa la wanita yang kurang beruntung itu yaa lek
BalasHapus