Jalan Kemudahan
Salah satu diantara berbagai kisah di dalam Al-Qur'an yang inspiratif namun cukup panjang dan jelas bagaimana benarnya kalimat "fainnama'al usri usro" itu adalah kisah Nabi Yusuf Alaihissalam. Sesekali kita coba untuk tela'ah dan mengulang-ulang Surat Yusuf. Di dalam surat Yusuf, Nabi Yusuf dijelaskan sebagai anak bungsu Nabi Yakub Alaihissalam.
Kisah Nabi Yusuf disebut sebagai salah satu kisah terindah dikarenakan beberapa alasan. Pertama, kisah ini paling terinci dari segala kisah yang ada di dalam Al-Qur'an. Kedua, sepenuhnya membahas mengenai labilnya sifat manusia. Ketiga, penggambaran aneka warna yang hidup, keterlibatan batin, dinamika kehidupan yang tak mudah, membuat begitu banyak pelajaran yang terdapat di dalamnya.
Dalam Al-Qur'an, surat Yusuf merupakan surat ke 12, diturunkan di Mekah, terdiri atas 111 ayat, dan terletak setelah surat Hud (11) dan sebelum surat Ar-Ra'ad (13). Mungkin butuh waktu, 1 hari dapat 1 halaman dihayati dengan terjemah pastinya nanti kita akan mengerti ternyata benar dalam kisah Yusuf kaidah "fainnama'al usri Yusro Inna maal usri Yusro" itu berlaku banget dalam kisah Yusuf dan kalau kita membaca kisah Yusuf sampai tuntas kesimpulannya, kita akan mengatakan beruntungnya dulu nabi Yusuf dilemparkan ke dalam sumur, andaikan saja dia tidak dilemparkan ke dalam sumur oleh saudaranya mungkin selamanya dia hanya menjadi orang biasa di kampungnya.
Tapi dengan asbab dia kurang disukai oleh saudaranya yang iri dengan kedekatannya dengan ayahanda Yakub, dibungkus dengan tipu muslihat lalu dilemparnya dia ke dalam sumur yang bisa dikatakan dangkal tapi bagi anak kecil cukup susah untuk naik ke atas, kemudian ditemukan oleh musafir dijadikan budak diperjualbelikan lantas masuk kedalam istana dan kejadian di fitnah wanita di istana masuk lagi ke dalam penjara karena wanita itu pula.
Kenapa justru di dalam penjara ia menunjukkan sebuah keahlian yang kemudian nanti akan membuat dia naik membuat dia melejit, mendapatkan panggungnya dan eksis. Ketika kebolehannya menafsirkan mimpi di dalam penjara pada sesama temannya, dimana teman curhat seolah-olah cerita disebutkan mimpinya kepada Nabi Yusuf Alaihissalam dan Nabi Yusuf menafsirkan mimpi itu dan ternyata mimpi yang ditafsir tersebut jadi kenyataan.
Dengan skenario Allah ta'ala nan indah, Yusuf dengan tafsiran mimpi yang begitu akurat dengan kenyataan sehingga nantinya Allah mempertemukan Yusuf dengan raja dan menafsirkan mimpi raja. Benar adanya bahwa popularitas Yusuf sebagai penerjemah mimpi kala itu, raja pun memanggil Yusuf.
Semua orang-orang ahli hikmah dimasa itu tidak bisa menafsirkan mimpi raja, dan nabi Yusuf menafsirkannya dengan sangat logis sehingga setelah itu terbukti benar seperti tafsir Yusuf. Bahkan Nabi Yusuf pun diberikan jabatan sebagai menteri kesejahteraan masyarakat atau menteri ekonomi semisal disamakan pada zaman sekarang dan dengan potensi itu Yusuf menunjukkan keahliannya, memberikan kemampuannya yang terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan orang-orang Mesir kala itu.
Dari situ nama Yusuf naik lagi sampai pada ia menjadi raja. Lihat indahnya skenario Allah ta'ala yang berawal dari dilemparkan ke dalam sumur berlanjut dengan masuk penjara, makna "fainnama'al usri Yusro Inna maal usri Yusro" pengulangan ayat itu menegaskan bahwa setiap ada kesulitan maka kesulitan itu membawa kita kepada kemudahan, kesulitan kemudahan, kesulitan kemudahan dan keduanya merupakan pasangan yang tidak bisa dipisahkan sebagaimana pasangan antara malam dan siang misalnya.
Jika kita menelusuri malam itu ada beberapa potongan-potongan, ketika potongan malam itu sudah semakin larut, sudah semakin pekat, sudah semakin hening dan sunyi maka semakin dekat malam itu menuju fajar. Makin sunyi, sudah mendekati waktu ayam berkokok, sudah mendekati waktu matahari terbit. Kalau potongan malam itu masih menyisakan hiruk pikuk berarti potongan malam tersebut baru memasuki fase Maghrib karena masih banyak riuh orang yang mungkin baru pulang kerja dan berbagai kegiatan lain, segala macam atau orang keluar untuk ngopi bareng teman-teman, bareng keluarga berkumpul untuk sekedar cari jagung bakar untuk disantap bersama.
Masuk jam 10, mulai pulang dari jalan-jalan keluarga, jam 11 mulai masuk kamar tidur, jam 12 baru mulai hening kecuali yang biasa begadang atau yang ngerjain tugas-tugas yang belum selesai, mungkin tugas akhir segala macam. Masuk jam 1 masih ada yang nungguin bola jam 2 sampai jam 3 baru selesai, sudah mulai terasa kantuk, makin ngantuk berarti mendekati waktu fajar. Makin lelah mata, maka makin mendekati waktu fajar. Jam 4 atau jam 3 itu waktu yang hampir tidak ada lagi yang masih terbangun dan terjaga, semuanya sudah pada tidur dan disitulah waktu yang paling baik untuk berdoa, memohon ampunan ditengah ketenangan malam.
Apa filosofi dari gambaran tadi? Bahwa semakin sulit kehidupan seseorang, maka semakin dekat pula dengan pertolongan Allah ta'ala. Semakin susah keadaan seseorang semakin baik momentum untuk ia berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Semakin tidak enak kehidupan seseorang, semakin dekat dengan sebuah jalan keluar.
Jadi kalau kita merasa kesulitan kita biasa-biasa aja, bisa jadi kita memang baru diuji dengan level dasar, dan di level ini kita masih berbicara tentang sabar, dan ujian berikutnya dan datangnya bertubi-tubi bak gayung bersambut dan seterusnya itu yang sering terjadi dengan kita seperti analogi yang saya contohkan adalah kondisi mahasiswa.
Pertama, ujiannya dimata kuliah satu yang tidak sesuai ekspektasi, tidak lulus padahal mata kuliah tersebut merupakan favorit banget. Timbul tanda tanya kenapa ya bisa tidak lulus padahal usahanya udah optimal, padahal sudah ini dan itu dilakukan.
Kedua, ujian yang lain adalah akhir bulan dimana kiriman dari orangtua yang tak kunjung datang
Ketiga, ujian apa lagi yaitu ada masalah sama teman karib, ada salah paham akhirnya kita ditinggalkan atau jadi putus hubungan, istilahnya "left grup" dan berbagai macam alasan lainnya.
Keempat adalah paling susah, diputusin.
Ujian yang datang terus menerus adalah cara Allah ta'ala melihat pantaskah keimanan yang kita miliki.
Ketika diputusin bukan berarti sudah mau dekat dengan yang lain, tidak begitu juga. Karena Allah tidak ingin kita, terjebak dan jatuh kedalam keburukan. Esensi lainnya adalah semakin susah, makin sulit, makin banyak ujian yang bertubi-tubi itu artinya memang semakin dekat dengan kemudahan sama seperti filosofi malam semakin lama semakin pekat, gelap gulita, namun dengan itu semakin mendekati pula dengan terbitnya fajar.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bahkan sering sudah luar biasa ujiannya. Kala itu, Rasul dan orang beriman saja pun bertanya kapan datangnya pertolongan Allah. Terus apa jawaban Allah kalau ujiannya sudah sangat berat banget itu sudah menjadi tanda pertolongan-Nya udah dekat. Itu karena Allah tahu kalau kesulitan sudah semakin berat memang itulah sunnatullah semakin dekatnya kemudahan-Nya.
Kita memang harus banyak belajar yakin, yakin dengan segala kejadian yang terjadi pada diri. Mungkin tahun ini kita ditimpa banyak sekali musibah, semoga jika Allah ta'ala mengkaruniakan pada kita ada tahun dan masa depan yang bisa menandakan akan datang kejutan yang luar biasa dalam kehidupan kita, syaratnya cuma satu wabasyiris Sobirin. "Sabar" nantinya akan datang kabar gembira.
Sejatinya kita akan rugi jika kita tidak sabar dalam menjalani kehidupan, malah kita tidak akan mendapatkan apa-apa setelahnya. Karena apa? Karena sebenarnya kita tidak punya pilihan lain selain tawakkal dalam sunnatullah karena Allah ta'ala yang menjadikan kehidupan kita seperti itu sebagaimana kita tidak bisa memilih antara siang dan malam.
Kita takkan pernah bisa menghindari matahari dan mencoba untuk kejar-kejaran dengan matahari menjauh darinya. Kita yang akan susah juga menghindarinya. Sama seperti dengan malam, waktu bergulir dan beranjak Maghrib, lantas kita berkata "matahari jangan terbenam dulu dong, aku belum selesai nih urusan sama yang ini."
Tentu saja kita tidak bisa lari dari ketetapan sunnatullah. Begitu juga dengan ujian dan pertolongan itu sama dengan kenikmatan. Kenikmatan semakin benderang, semakin nyaman, semakin tumpah ruah, maka semakin dekat dengan masa di uji oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Bisakah kita meyakini hal ini semua? Skenario di uji oleh Allah Subhanahu wa ta'ala yaitu dikasih ujian 1, dikasih lagi 2, dikasih lagi nih 3, dan seterusnya berarti semakin dekat ke pertolongan, makin deket lagi, makin dekat bahkan sampai ujian ke 10 deket banget nih. Akan tercipta rasa selalu optimis dalam menghadapi, bukan untuk mempertanyakan semua yang terjadi dan menarik kesimpulan bahwa semua ini tidak adil, saat dikasih satu masalah, seolah-olah protes apalagi maunya Allah sama kita.
Yang perlu kita ingat bahwa Allah ta'ala memperlakukan itu bukan hanya ke kita saja agar kita tidak salah paham sama Allah. Bukan karena kita hijrah dengan kepercayaan diri kita tidak di uji. Sungguh Allah ta'ala akan menguji kita selama kita hidup sesuai taraf kesanggupan makhluk-makhluknya.
Kita harus merubah paradigma berfikir bahwa Allah hanya curang sama kita, tidak. Hanya beranggapan cuma kita yang di uji, padahal yang kita lakukan adalah hal yang sama dilakukan oleh orang lain. Sahabat nabi juga diuji dan orang shaleh juga diuji.
Selama kita hidup, kita akan selalu diuji dengan kesusahan, kita akan selalu diuji dengan omongan orang kepada kita dan kita akan selalu diuji dengan kematian. Kesabaran dan keikhlasan adalah kunci iman yang paling sering mendampingi seluruh amal ibadah kita.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun