Ta'riful dan Hakikatul Insan
Ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala adalah persiapan terbaik untuk bertemu dengannya dan menjadi nilai lebih untuk makhluk di hadapan-Nya
Taat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala adalah sesuatu yang mutlak, tanpa syarat, "baik" di kala sempit maupun lapang, Istiqomah.
Adab adalah buah dari ilmu, adab memiliki derajat lebih tinggi daripada ilmu dan amal, Syaikh Ibnu Mubarak, seorang ulama yang sangat shalih, berkata, "Thalabtul adab tsalatsuna sanah wa thalabtul 'ilm 'isyrina sanah" (Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya)
Ta'riful Insan
Anjuran mengenali diri sendiri dalam agama sangatlah penting. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimiya’ As-Sa’adah menjabarkan, mengenali diri sendiri merupakan kunci untuk mengenali Allah Subhanahu wa ta'ala lebih dekat. Mengenali diri sendiri merupakan salah satu jalan mendekat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bahkan pernah bersabda: “Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu,”. Yang artinya: “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
Manusia adalah makhluk sebelum menjadi apa-apa, memiliki karunia ciptaan berupa Akal yang cenderung taat dan patuh serta nafsu yang cenderung ingkar dan membuahkan kesombongan
Sombong, Sebuah sikap yang paling tidak Allah Subhanahu wa ta'ala sukai. Iblis dikeluarkan dari Surga akibat sikapnya yang sombong, lantaran tak mau bersujud kepada Adam. Dari situ jelas bahwa sejatinya sebagai hamba Allah tak patutlah makhluk merasa berbangga diri dan bersikap sombong. Apalah yang ingin kita disombongkan?
Dan Allah Subhanahu wa ta'ala pun juga sudah dengan tegas menyatakan sikap-Nya dengan orang atau hamba-Nya yang sombong. Q. S. Al-A’raf [7]:146),
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.
Dan dalam salah satu hadits qudsi Rasulullah Saw bersabda:
Kesombongan itu adalah kain selendang-Ku dan kebesaran itu kain sarung-Ku. Barangsiapa melawan Aku pada salah satu dari keduanya, niscaya Aku melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.
(Hadis Qudsi)
Menurut Al-Ghazali, kesombongan adalah suatu sifat di dalam jiwa yang tumbuh dari penglihatan nafsu. Sifat ini bermula dari virus hati yang menganggap dirinya paling mulia dan terhormat.
Agar dapat memelihara ketaatan salah satunya adalah mendekat diri dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an adalah syafaat paling baik , dunia dan akhirat
Al-Qur'an adalah pedoman mulia, yang memuliakan nya akan mulia derajatnya, berkah waktunya. Abu Dzar Al-Ghifari 3 hari × 1 khatam, Imam Syafi'i 2 hari × 1 khatam, sahabat kala futur imannya 1 bulan × 1 khatam.
Ending orang mukmin adalah Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula) (Q.S. Ar-Rahman ayat 60)
Menurut Islam, manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala
1. Tanah (at-Turab) = Q.S 32 : 7-8, Q.S 15 : 28
2. Ruh (ar- Ruh) = Q.S 32 : 9, Q.S 15 : 29
Proses penciptaan manusia lengkap diuraikan oleh Al-Qur'an dan As-sunah
QS. 23 : 12-15 , 22 : 5 , 30:54
Menurut Al Quran, manusia diciptakan dari tanah liat kering dan lumpur hitam. Secara hakikat manusia tercipta dari tanah. Air mani yang disebutkan dari Al-Qur'an merupakan unsur tanah karena ia berasal dari manusia. Allah menciptakan bentuk manusia terlebih dulu, kemudian diberikan ruh pada 40 hari ketiga kehamilan. Hal ini sesuai dengan hadits "Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya.” [Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu].
Pada saat ditiupkan ruh dalam kandungan wanita 120 hari itu (sekitar 4 bulan), malaikat diutus untuk mencatat empat hal bagi sang bayi :
Ajal
Rezeki
Amalan
Bahagia dan sengsaranya
Hakikat, syariat, dan makrifat adalah kesatuan utuh yg tidak boleh di ambil salah satu dan meninggalkan sebagian yg lainnya.
Suatu hari sahabat Umar bin Khattab duduk bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Kemudian datanglah seorang sahabat Anshar. Seraya memberi salam ia berkata: “Wahai Rasulullah, mukmin yang seperti apa yang paling utama?”. Beliau menjawab:”Yang paling baik akhlaknya”.
Sahabat itu bertanya lagi: “Mukmin seperti apakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab: “Muslim yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas”(diriwayatkan oleh Imam al-Qurtubi dalam al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umuri al-Akhirah).
Nabi Shalallahu alaihi wasallam menyebut orang yang ingat kematian dan mempersiapkannya itu sebagai orang cerdas, sebab orang seperti itu mengetahui hakikat hidup, dan mengindar dari tipuan-tipuan kehidupan.
Imam al-Qurtubi menyebutnya sebagai standar kecerdasan seorang manusia. Yakni tidak pernah melupakan sesuatu yang pasti dan persiapannya itu untuk hal-hal yang sesungguhnya dipastikan akan terjadi.
Allah Subhanahu wa ta'ala melengkapi manusia dengan potensi ciptaan dan harus berlaku tawazun terhadapnya,yakni
1. Hati dan suplemen untuk menjaga hati tetap sehat adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Hati yang tidak berkarat adalah hati yang senantiasa zikrul maut dan Tilawatil Qur'an.
2. Akal dan suplemen untuk menjaga akal tetap sehat adalah ilmu yang bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Mu'adz bin Jabal pernah berkata “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Orang yg belajar lebih baik dari 100 rekaat shalat Sunnah. Rasulullah bersabda kepadaku : “Hai Abu Dzar, engkau berpagi-pagi untuk mempelajari satu ayat dari kitab Allah lebih baik bagimu daripada engkau shalat sebanyak seratus raka’at. Dan engkau berpagi-pagi untuk mempelajari satu bab ilmu kemudian diamalkan ataupun tidak diamalkan, adalah lebih baik bagimu daripada engkau shalat sebanyak seribu raka’at.” (HR. Ibnu Majah : 215)
Ilmu juga adalah nur dari Allah yg mustahil dititipkan pada hati yg gelap, tertutup oleh maksiat dan dosa.
3. Jasad dan suplemen untuk menjaga jasad tetap sehat adalah makan bernutrisi dan olahraga serta istirahat yang cukup.
Hakikatul Insan
1. Sebagai Makhluk (ciptaan Allah)
Sebagai makhluk, manusia memiliki ciri – ciri dasar :
A. Lemah (Dhaif)
Sehingga manusia diciptakan tidak sendirian dan selalu memerlukan penguatan.
B. Bodoh (Jahil)
Meskipun dapat belajar, sejatinya manusia adalah bodoh jika tidak diberi ilmu. Karena itulah diturunkan Al-Qur'an maupun kitab dan suhuf kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia pengetahuan mengenai dirinya dan lainnya. Meskipun ilmu pengetahuan tidak hanya berasal dari kitab mulia, juga dari kejadian sehari – hari, tetapi segala ilmu pengetahuan yang ada saat ini sebenarnya berasal dari Al Quran.
C. Selalu membutuhkan sesuatu (Faqir)
2. Sebagai Mukarram (Mulia)
Disebut mulia karena hal berikut :
A. Ditiupkah ruh (Nafkhurruuh)
Manusia dapat dibedakan dengan benda mati karena ia memiliki ruh. Ruhnya pun berbeda dengan ruh – ruh hewan.
B. Diberi keistimewaan dapat belajar (Intiyaazaat)
Manusia berbeda dengan hewan seperti anjing, lumba – lumba, maupun simpanse. Manusia memiliki kemampuan belajar sesuatu lebih cepat dan dinamis dibanding semua jenis makhluk. Hewan diciptakan hanya dengan insting (setelan yang telah ada dalam dirinya).
C. Dipertundukkan alam untuknya (Musakhkharan lahu)
Semua hewan, tumbuhan, tempat – tempat, dan sumber daya alam lain diciptakan dan telah disediakan untuk keperluan manusia. Mereka cenderung lebih pasif dan dapat dikendalikan. Manusia hanya perlu mendatangi tempat tertentu untuk mendapatkan keperluannya, baik untuk langsung dikonsumsi maupun dikelola kembali.
3. Sebagai Mukallaf (yang dibebankan)
Tidak berhenti hanya pada keistimewaan. Manusia diberi tugas untuk memperbaiki kediamannya (bumi) selama ia hidup. Hal ini baik dan harmonis dengan kemampuan manusia yang dapat belajar dengan cepat untuk melakukan sesuatu. Tugas yang dibebankan kepada manusia ada dua hal, yaitu :
Amanah (tanggung jawab)
Khalifah (pemimpin, pemakmur, dan penjaga di bumi)
4. Sebagai Mukhayyar (bebas memilih)
Manusia bebas memilih untuk menjadi :
Beriman atau Kufur
Karena keduanya akan mendapat balasannya masing-masing. Beriman akan diberikan pahala, kebaikan, dan surga, sedangkan jika kufur akan diberikan dosa, keburukan, dan neraka. Ini sesuai dengan surat Asy Syams.
5. Sebagai Majzi (yang akan dibalas, dimintai pertanggungjawaban)
Diberi balasan pada akhirnya berupa :
Surga, atau Neraka.
Wallahu'alam
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun