Sajak Cinta Para Pejuang

_Sajak - Sajak Taubat_

Ketika kau memiliki sesuatu yang sangat kau cintai, kemudian menghilang. Bagaimana perasaanmu? pasti kau akan terpukul dan merasa sangat sedih. Namun suatu hari kau menemukannya kembali, perasaanmu pasti akan sangat senang. Begitulah Allah ketika seorang hamba bertaubat pada-Nya, bahkan Dia lebih senang dari sekedar rasa senangmu ketika menemukan barang yang kau cintai itu kembali. Sebab, Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bertaubat.

Jika do'a tak kunjung dikabulkan, bukan berarti tak terijabah, barangkali Allah sangat menyukai tangisan hamba-Nya dalam sepi di sudut malam, sebab do'a bukan tentang dikabulkan atau tidaknya, tetapi lebih pada kemesraan hati pada-Nya. Tanpa meminta pun, Allah mengetahui apa yang sedang diminta sang hati. Maka berdoalah walaupun lisanmu tak sanggup terucap, biar air matamu yang berbicara. Hingga apa yang kau harap, Allah mendengar dan meskipun harus menundanya hanya karena ingin untuk terus mendengarkan tangisan indahmu, bukan berarti Allah tak sayang, sebab Dia tau yang terbaik untukmu, maka pasti do'a mu terijabah di waktu yang tepat. Tetaplah berprasangka baik pada-Nya. Jika Allah sudah cinta, maka selesai sudah.

Doa adalah pembeda
Doa adalah kekuatan
Doa adalah keridhaan
Doa adalah keuntungan


_Sajak - Sajak Persaudaraan_

Kebencian sering melahirkan kebisuan, seharusnya dengan sapaan sederhana atau permintaan maaf, suatu pertikaian dapat di damaikan dengan baik. Namun kadang kala orang yang tidak menghendaki perdamaian memiliki kebisuan dalam seribu bahasa. Kebencian membuat orang enggan berkomunikasi dengan sesama, tidak mau mendengarkan dengan saling menyapa. Padahal bila kita mau membuka hati, kita akan merasakan betapa indahnya hidup damai dalam kasih persaudaraan. Meminta maaf tak menambah rendah diri, pun memaafkan memuliakan sang hati.

Karena beda antara kau dan aku sering menjadi sengketa, karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran. Karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikanmu yang lalu pernah hadir untukku, wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali: "jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"

Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja menjadi kepompong dan menyendiri berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam, bertafakkur bersama iman yang menerangi hati hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia. Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah mengambil cinta dari langit dan menebarkannya kembali di bumi dengan persaudaraan suci: sebening prasangka, selembut hati, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.


_Sajak - Sajak Pertemuan_

Do'a-do'a itu meliuk menggema menembus tujuh lapis langit di angkasa, dipersaksikan oleh milyaran penduduk langit berwajah cahaya, dipertautkan sebuah kerinduan penantiannya di sebuah taman - taman yang menyejukkan mata, mengagumkan lisan, menentramkan hati. Bahwa do'a paling mustajab untuk suadaramu adalah ketika kau sedang berada hanya berdua bersama-Nya, tanpa seorangpun yang tau kau mendoakan saudaramu.

Terkadang, do'a bukan perkara dikabulkan atau tidaknya, tetapi lebih pada keterpautan sang hati bersama keberkahan dalam dekapan pelukan-Nya, bahwa sang hati begitu mencintai-Nya. Do'a adalah keridhoan dan bukti dekatnya sang hati. Mari saling mendo'a, agar hati - hati sang pendo'a menjadi dekat tanpa pembatas, hingga tampaklah wajah penuh cahaya di muara sungai madu dalam keindahan surga, bahwa wajah itu adalah sekumpulan para pendo'a yang sengaja untuk dipertemukan dalam satu ikatan persaudaraan. Bahwa para pendo'a itu di tautkan dalam kebersamaan, bahwa dulu mereka pernah berjuang bersama dalam menuju jalan-Nya, hingga mendekatkan diri melalui do'a-do'a.

Suatu hari di surga, para pendo'a itu akan tersenyum saling reuni dengan penduduk langit lainnya yang semasa hidupnya penuh dengan do'a..


_Sajak - Sajak Prasangka_

Tidak perlu menjelaskan apapun tentang dirimu, sebab yang mencintaimu tidak akan membutuhkannya, dan yang membencimu tidak akan mempercayainya (Ali bin Abi Thalib).

Pun terkadang, tatkala lisan tak sanggup menjelaskan dugaan para pemilik prasangka, maka tak perlu risau, sebab setiap insan di hisab dari amalan - amalannya kepada Allah, bukan di hisab dari prasangka orang lain. Prasangka, kalam-Nya berfirman bergelayut menelusup menerangkan "Jauhi prasangka, sungguh sebagian prasangka itu dosa...". Dari prasangka menimbulkan luka, dari prasangka menimbulkan fitnah, dari prasangka menimbulkan derita.

Begitupun prasangka kepada Allah, bahwa Dia bergantung atas prasangka hamba-Nya, sebab dekat-Nya bahkan lebih dekat dari urat nadi. Adalah siti Hajar yang berlari berkeliling berpelu letih, dari bukit satu ke bukit lainnya, tak ada keluhan dari lisannya, hatinya berprasangka bahwa Allah melihat ikhtiarnya, hasil ia serahkan. Walau tak mungkin ada mata air di tengah gurun pasir dengan terik yang membakar. Namun dialah Siti Hajar, yang prasangkanya suci, dan Allah dekat dengan prasangkanya.

Maka, tangisan seorang pengecut adalah ia yang menderita tatkala di prasangkai manusia dengan keburukan, dan mengharap segala kebaikan yang belum tentu ada pada dirinya di prasangkai oleh manusia. Namun, menangislah ketika kau tak mampu berprasangka baik kepada pencipta segala rahmat. Prasangka baik akan menghadirkan cinta-Nya. Raihlah kecintaan Allah, maka takkan ada kata yang mampu menjelaskan betapa beruntungnya makhluk tersebut.

Cinta kita karena satu tubuh yang tak terbatas jarak dan waktu, andai ada kata berpisah cukuplah ia hanya sampai di mata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal-Soal Sistem Informasi Kesehatan

Teks Doa Dies Natalis Kampus

SURVEILANS KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU