Mengingat Allah untuk Kejernihan Hati

Mengingat Allah atau biasa disebut Zikir merupakan cara membersihkan diri sendiri dari segala dosa dan perbuatan buruk manusia. Makna zikir, yaitu ingat kepada Allah.

"Sebutlah dan ingat Allah sebanyak-banyaknya. Menyebut nama tuhan, bisa menambahkan tingkat kecintaan hambanya kepada Tuhan".

Itulah pesan yang pernah Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Kerinduan ulama legendaris ini, terpenuhi ketika menyampaikan kuliah subuh pada era 1980-an. Di antaranya, Ketua Umum Pertama MUI (1975) ini, menyampaikan kajian yang bertemakan zikir. 

Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kejernihan hatinya maka hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada keinginan hawa nafsunya. Hati merupakan bejana (untuk mengenal) Allah di atas muka bumi yang diciptakan-Nya. Maka hati yang paling dicintai-Nya adalah hati yang paling lembut, paling kuat dan paling jernih.

Umar bin Al Khatab ra., mengatakan “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah Shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“ (Al-Hadist)

Keselamatan hatimu bermuara pada keridhaan, dan ketenangan jiwamu tergantung pada sikap rela. Dan ketahuilah bahwa ketenangan adalah cahaya yang nampak ketika engkau mengingat Allah.

Amr bin Ibnu Abasah mendengar Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Tempat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan shalat pada sepertiga malam yang akhir. Karena itu, jika kamu mampu menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada saat itu maka jadilah." (HR. At Tirmidzi, Ahmad dan dishahihkan oleh At-Tirmidzi, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, dan Al-Albani).

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra’d : 28)

Dengan mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wa ta'ala, Hati menjadi tenang, sadarilah sebanyak apapun harta yang dimiliki, setiap kejayaan hidup dan prestasi dunia, penghargaan dan ketokohan di tengah-tengah masyarakat namun bila tak dibarengi oleh kesucian dan ketenangan hati, hidup akan seperti tiada tujuan dan berkah. Allah Subhanahu wa ta'ala, menciptakan hidup sama halnya seperti membeli suatu barang elektronik. Nantinya setiap barang tersebut akan dibeli buku panduan untuk dijadikan pedoman penggunaan. Bila mengikuti buku pedoman itu, tentu manfaat barang akan lebih terasa dan terhindar dari kesalahan penggunaan. Demikian juga hidup, Allah memberikan pedoman hidup berupa Al-Qur'an untuk dijadikan pedoman hidup.

Agar dapat memelihara ketaatan salah satunya adalah mendekat diri dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an adalah syafaat paling baik, dunia dan akhirat. Al-Qur'an adalah pedoman mulia, yang memuliakan nya akan mulia derajatnya, berkah waktunya. Abu Dzar Al-Ghifari 3 hari × 1 khatam, Imam Syafi'i 2 hari × 1 khatam, sahabat kala futur imannya bahkan mampu 1 bulan × 1 khatam.

Ending orang mukmin adalah Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula) (Q.S. Ar-Rahman ayat 60)

Mari raihlah kejernihan hati dengan mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal-Soal Sistem Informasi Kesehatan

Teks Doa Dies Natalis Kampus

SURVEILANS KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU