MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PERKEBUNAN KARET DAN HUBUNGAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI SERTA STRATEGI INTERVENSI PERUBAHAN PERILAKU
BAB I
LATAR BELAKANG
Ditinjau dari letak geografisnya, Negara
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki tanah yang subur.
Oleh karena itu pemerintah menggalakkan program kerja disektor pertanian dan
perkebunan. Pendapatan atau devisa negara juga berasal dari hasil pertanian dan
perkebunan tersebut, dan rata-rata penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
Sebagai negara agraris pada mulanya pekerjaan
perkebunan dilaksanakan secara manual dan tradisional. Pada waktu itu, kebun
yang dibuka masih berskala kecil dengan resiko kerja yang tidak begitu
diperhatikan. Sejak perkebunan dibuka dengan berskala besar, penerapan
teknologi mulai berkembang, baik dalam penggunaan mesin-mesin maupun penggunaan
bahan kimia untuk pemberantasan hama dan dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah sesuai dengan komoditi yang ditanam, resiko kerja mulai
dirasakan sebagai kendala keberhasilan disektor perkebunan.
Peningkatan kondisi kerja yang memberikan
dampak yang negatif, sehingga perlu diperhatikan suatu kewaspadaan dalam segala
bentuk lapangan, kedisiplinan, hubungan kerja yang harmonis, kesehatan dan
keselamatan kerja petani karet. Keselamatan kerja sangat penting nilainya,
karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan produktifitas hidup guna
meningkatkan pendapatan keluarga.
Bekerja merupakan salah satu kegiatan utama
bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.
Dalam melakukan pekerjaan sebagai petani karet, mempunyai risiko gangguan
kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut, karena
ketidaktahuan tenaga kerja mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam kaitannya
dengan gangguan kesehatan yang diderita akibat dari pekerjaan. Kaitannya dengan
faktor yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, dalam melakukan penyadapan
getah karet perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya risiko yang bisa
terjadi akibat cara kerja, penggunaan alat, dan bahan kimia pengental getah
karet serta lingkungan yang basah di samping faktor manusianya, oleh karena itu
perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian terhadap kemungkinan timbulnya
gangguan kesehatan.
Oleh karena itu, faktor keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional
petani dalam menyadap getah karet, baik penyadap kerja yang bekerja secara
pribadi diperkebunan rakyat maupun diperkebunan milik badan usaha/perusahaan.
Kondisi alam, cuaca, peralatan, dan bahan kimia yang digunakan dan suasana
kerja yang kurang memperhatikan faktor keselamatan kerja tersebut masih belum
menjadi kepedulian dan hal yang penting bagi petani karet.
Risiko
kerja di perkebunan karet dapat dialami oleh setiap pekerja, baik laki-laki
maupun perempuan. Bahaya kerja dapat menimpa baik dalam jangka waktu pendek
maupun dalam jangka waktu yang lama, terlebih lagi bagi pekerja perempuan. Peran perempuan di sektor
perkebunan karet bisa dikatakan tidak terlalu kecil tetapi membuat perempuan
paling beresiko terhadap dampak pestisida. Berdasarkan data, jumlah perempuan
yang terlibat di sektor perkebunan meningkat dari tahun ke tahun.
Meskipun belum pernah
mengeluarkan data jumlah petani terutama petani perempuan yang terkena dampak
pestisida, namun ada beberapa studi terhadap kasus – kasus yang berkaitan
dengan dampak pestisida tersebut. Para pekerja perempuan sangat beresiko terpapar pestisida
karena hampir sehari-hari menggunakan pestisida. Akibatnya, petani perempuan
perkebunan karet banyak yang menderita penyakit dan mengalami gangguan
kesehatan yang kronis dan akut. Seperti kuku jari tangan yang membusuk,
gatal-gatal, perut mual dan nyeri, sakit punggung, pusing, nafas sesak, mata
kabur/rabun, mudah marah, sakit kepala, sesak di dada, bengkak, nyeri otot,
rasa gatal kulit dan infeksi kulit , bahkan timbulnya kanker.
Pada umumnya adalah gangguan terhadap sistem
reproduksi perempuan, seperti kanker rahim, endometriosis dan kanker payudara.
Ditemukan fakta anak-anak yang dilahirkan mengalami cacat fisik, keterlambatan mental,
serta kekebalan tubuh rendah. Dalam jangka
panjang dari paparan pestisida secara terus menerus dalam waktu sekitar 20-30
tahun akan terjadi perubahan hormonal dan sistem reproduksi. Khusus pada anak
laki-laki diistilahkan dengan demasculinisation, yaitu hilangnya sifat-sifat
maskulin. Sementara pada anak perempuan disitilahkan dengan defeminisasion.
Jadi anak mengalami perubahan orientasi seksualnya. Selain gangguan
kesehatan, petani perempuan juga tak jarang mengalami gangguan psikososial di
lahan perkebunan karet, disebabkan tempat kerja yang sunyi dan jumlah pekerja
wanita yang minoritas menjadi salah satu factor adanya kejahatan seksual di
perkebunan karet yang dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi pekerja
petani wanita di perkebunan karet.
Oleh
karena itu, perlulah diadakan pemetaan tentang “Masalah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Perkebunan Karet dan Hubungan Dengan Kesehatan Reproduksi
Serta Strategi Intervensi Perubahan
Perilaku” yang nantinya hasil gambaran dapat menjadi bahan proyeksi untuk
membuat pola upaya intervensi bagi masyarakat pekerja petani karet agar angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta penyakit baik langsung ataupun
jangka panjang dapat diatasi sehingga derajat kesehatan setinggi-tingginya
dapat dicapai dan keluarga petani karet dapat hidup sejahtera.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut
Suma’mur, (1996), keselamatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan
beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit
umum.
Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Felton (1990) dalam (Budiono
dkk, 2003) mengemukakan pengertian tentang kesehatan kerja adalah “Occupational
Health is the extension of the principles and practice of occupational
medicine, to include the conjoint preventive or constructive activities of all
members of the occupational health team.”
Pengembangan prinsip-prinsip dan
praktik dari kedokteran kerja, untuk memadukan kegiatan-kegiatan yang bersifat
mencegah atau membangun dari seluruh anggota tim kesehatan kerja.
Melihat beberapa uraian di atas
mengenai pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja di atas, maka
dapat disimpulkan mengenai pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan
atas Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana
pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri
dan lingkungan kerjanya. Pada
hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuwan
multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi
lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta
melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta
mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja. Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap
tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap
perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin.
c. Agar semua
hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya
jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai/tenaga kerja.
e. Agar
meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar tehindar
dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap
pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Anoraga (2005)
mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi:
a) Lingkungan
kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat
dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja
dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan
situasinya.
b) Alat kerja
dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu
hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam
memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para
pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah
bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
c) Cara
melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki
cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan.
Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas
pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung
diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan
memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Menurut Budiono dkk (2003),
faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara
lain:
a) Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b) Kapasitas
kerja Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c) Lingkungan
kerja Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik,
maupun psikososial.
B. Kesehatan
Reproduksi
Kesehatan
reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Ruang
lingkup pelayanan kesehatan repoduksi menurut International Conference
Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan
ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular
seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan
reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan
reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya.
Kesehatan
reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat, secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi
yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010).
C. Sektor
Perkebunan
Perkebunan
merupakan usaha pemanfaatan lahan kering dengan menanam komoditi tertentu.
Berdasarkan jenis tanamannya, perkebunan dapat dibedakan menjadi perkebunan
dengan tanaman musim, seperti perkebunan tembakau dan tebu, serta perkebunan
tanaman tahunan, seperti perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, kopi, cengkeh,
dan pala. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi :
1.
Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh
rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaan dalam
skala yang terbatas luasnya.
2.
Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh
perusahaan yang berbadan hukum dikelola secara komersial dengan areal
pengusahaan yang sangat luas.
Fungsi
perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal, pertama, fungsi secara
ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan
struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan
konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga
kawasan lindung. Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu
kesatuan bangsa.
Pengembangan tanaman perkebunan pada
masa mendatang mempunyai tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang
cocok dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya dan mempunyai prospek
pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Tanaman perkebunan merupakan komoditi
yang ditujukan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu sumber untuk
meningkatkan devisa negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan
dalam pengembangan tanaman perkebunan amatlah penting.
D. Petani
Karet
Karet
merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan nilai ekonomis tinggi. Oleh
karena itu, tidak salah jika banyak yang beranggapan bahwa tanaman karet adalah
salah satu kekayaan Indonesia. Karet yang diperoleh dari proses penggumpalan
getah tanaman karet (lateks) dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan
lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang
merupakan bahan baku industri karet (Suwarto, 2010). Menurut Tohir (1991), tingkat kesejahteraan petani sering
dikaitkan dengan keadaan usahatani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan
petani. Penerimaan yang berkurang akan diikuti dengan semakin rendahnya
pendapatan yang diterima petani. Pendapatan yang rendah tentunya dapat
menyurutkan semangat kerja petani dalam mengusahakan usahatani karetnya, salah
satunya misal petani enggan melakukan penyadapan. Jika karet tidak disadap,
maka produksi atau panen akan menurun. Produksi yang menurun tentunya akan
berimbas pula dengan semakin menurunnya pendapatan yang diterima petani.
Bekerja
sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fisik harus
mendukung pekerja tersebut. Seorang petani jangan sampai skit-sakitan. Kemudian
tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperlukan untuk
mendukung produktivitas. Secara teoritis apabila seseorang bekerja, ada tiga
variable pokok yang saling berinteraksi, yakni kualitas tenaga kerja, jenis
atau beban pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya. Akibat hubungan interaktif
berbagai faktor risiko kesehatan tersebut, apabila tidak memenuhi persyaratan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat
bersifat akut dan mendadak, kita kenal sebagai kecelakaan, dapat pula bersifat
menahun. Berbagai gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya
para petani mengalami keracunan pestisida darri tingkat sedang hingga tiingkat
tinggi.
E. Beberapa
Hal Yang Harus Diperhatikan Petani Karet
Bekerja
sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fisik harus
mendukung pekerja tersebut. Seorang petani jangan sampai skit-sakitan. Kemudian
tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperlukan untuk
mendukung produktivitas..
1. Keadaan tempat bekerja petani karet
a. Lokasi perkebunan
1) Lokasi
yang aman dan terhindar dari binatang buas
2) Disekitar tempat bekerja ramai dengan petani karet.
3) Lokasi yang dituju bisa dijangkau dengan alat
transportasi
b. Kolam tempat penampungan karet dekat dengan jalan utama
agar mudah membawanya.
2. Peralatan kerja
a.
Pahat (pisau karet), yang berguna untuk menyadap karet.
b. Sudip , berguna untuk
mengalirkan getah karet ke tempat penampungan.
c.
Wadah penampungan, dibutuhkan untuk menampung getah karet.
d. Baju lengan panjang dan celana panjang, berguna untuk melindungi diri dari gigitan
serangga .
e.
Sarung tangan, dibutuhkan untuk melindungi tangan dari resiko luka
dari pisau karet.
f.
Sepatu, berguna untuk melindungi kaki dari benda tajam dan
serangan ular berbisa dan sebagainya yang mengancam.
g. Lotion anti nyamuk, agar
terhindar dari gigitan nymuk.
h. Air mineral, menghindari dari
dehidrasi dalam bekerja.
i.
Cangkul, untuk mengorek tanah
3. Fisik
Pekerja
a.
Stamina pekerja
b. Kondisi emosi pekerja yang labil
c.
Pola fikir pekerja yang
biasanya kurang memperhatikan keselamatan kerja
d. Motivasi dalam bekerja
e.
Pengetahuan pekerja
tentang standar K3, penggunakan fasilitas kerja, dan berbagai hal dalam
pekerjaan konstruksi
4. Pengaturan Lain
a.
Jumlah pekerja
b. Penerapan shift kerja
c.
Umur pekerja
d. Jenis kelamin pekerja
F. Strategi
Intervensi Promosi Kesehatan
Craig dan Grant menyatakan strategi yaitu penetapan tujuan dan sasaran dalam
jangka panjang (Targeting and long-term goals). Sedangkan menurut
Bussinesdictionary, Strategi merupakan metode atau rencana yang dipilih untuk
membawa masa depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk
masalah.
Menurut Lawrence
Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang baik bagi kesehatan. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa,
Kanada tahun 1986 merumuskan strategi:
a.
Kebijakan Berwawasan
Kesehatan
b.
Lingkungan yang Mendukung
c.
Reorientasi Pelayanan
Kesehatan
d.
Keterampilan Individu
e.
Gerakan Masyarakat
G. Identifikasi
Bahaya
.
Bahaya potensial atau hazards yang akan di identifikasi
adalah:
1. Bahaya
potensial fisik
2. Bahaya
potensial kimia
3. Bahaya
potensial biologi
4. Bahaya
potensial ergonomi
5. Bahaya
potensial psikososial
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Proses Kerja Petani Karet
1. Persiapan
Lahan
Pembukaan Lahan tempat tumbuh tanaman
karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal
pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan
lahan ini meliputi :
(a) pembabatan semak belukar,
(b) penebangan pohon,
(c) perecanaan dan pemangkasan,
(d) pendongkelan akar kayu,
(e) penumpukan dan pembersihan.
2.
Pembibitan
(a) Pembuatan lubang tanaman
: Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan cangkul tanah. Tanah
bagian bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil).
(b) Pelaksanaan Penanaman
3.
Pemeliharaan
(a) Pengunaan Pupuk
(b) Pengendalian Hama dengan
Pestisida
4.
Proses Panen dan Penyadapan
(a) Proses mengasah
(mempertajam pisau karet atau pahat).
(b) Proses
pengolesan dan penyemprotan zat kimia (pestisida) pada pohon karet agar getah
karet (lateks) yang dihasilkan berlimpah dan terhindar dari jamur yang
membahayakan pohon karet.
(c) Proses
menyadap karet yang dilakukan oleh petani karet. Posisi
kerjanya bisa dengan berdiri tegak lurus dan posisi membungkuk.
(d) Proses mengambil dan memindahkan getah
karet dari wadah penampungan sementara ke tempat bak penampungan. Posisi
kerjanya bisa dengan berdiri tegak lurus dan posisi membungkuk
(e) Proses
menyusun getah karet (lateks) di tempat yang telah disediakan pada sebuah lubang
yang di gali sehingga membentuk seperti persegi empat.
(f) Proses pembongkaran dan
penimbangan hasil karet yang telah diolah sebelumnya, untuk di jual ke pabrik
pengolahan karet.
B. Analisa Potensi Bahaya dan Resiko
Tabel
Potensi Bahaya dan Resiko
Proses
Kerja |
Bahaya
Potensial |
Kecelakaan
Kerja |
Penyakit Akibat Kerja |
Penanggulangan |
||||
Fisik |
Kimia |
Biologi |
Ergonomi |
Psikososial |
||||
Pembabatan semak belukar |
Vibrasi alat, panas matahari |
Gigitan serangga, |
Membungkuk dan melakukan gerakan
berulang ulang |
Dehidrasi,
Terjatuh, Luka dan otot tegang pada bagian tangan dan punggung |
Gatal-gatal
pada tangan dan kaki, HAVS, Badan pegal |
Beristirahat
secara berkala dan menggunakan sarung tangan, mendesain ulang alat yang
vibrasi, minum air putih, memakai lotion anti serangga |
||
Penebangan pohon |
Vibrasi alat, panas matahari |
Terhirup serbuk kulit pohon |
Memikul beban berat terlalu lama |
Dehidrasi,
tulang punggung kaku |
HAVS,
Badan pegal, infeksi saluran nafas |
Beristirahat
secara berkala dan perbanyak minum air putih, pakai masker |
||
Pendongkelan akar kayu |
Panas matahari |
Gigitan serangga, Bakteri dan kuman |
Membungkuk terlalu lama dan berulang, |
Bekerja berulang ulang pada satu
objek. |
Dehidrasi, malaria, terjatuh, tulang
punggung kaku dan gatal pada tangan dan kaki |
Gatal-gatal
pada tangan dan kaki, sakit pinggang dan stres kerja |
Menggunakan lotion
anti nyamuk, sepatu safety, beristirahat secara berkala dan
perbanyak minum air putih |
|
Penumpukan dan pembersihan |
Panas matahari |
Gigitan serangga,Bakteri dan kuman |
Bekerja berulang ulang pada satu objek. |
Dehidrasi, tulang punggung kaku dan gatal pada tangan
dan kaki |
Gatal-gatal pada tangan dan kaki,
sakit pinggang dan stres kerja |
Menggunakan lotion anti nyamuk, APD
lengkap, beristirahat secara berkala dan perbanyak minum air putih |
||
Pembuatan lubang tanaman |
Panas matahari, terkena cangkul |
Gigitan serangga,Bakteri dan kuman |
Duduk sambil membungkuk terlalu
lama dan dilakukan secara berulang ulang |
Tangan kapalan, Luka karena alat dan iritasi kulit |
Gatal-gatal dan kram |
Menggunakan sarung tangan dan bertukar posisi |
||
Pelaksanaan Penanaman |
Panas matahari |
Duduk sambil membungkuk terlalu
lama dan dilakukan secara berulang ulang |
Otot
tegang pada bagian tangan dan punggung |
Badan
pegal-pegal |
Menggunakan APD sarung tangan, kaca
mata, perbanyak minum air putih |
|||
Pengunaan Pupuk |
Panas matahari |
Terhirup, tertelan dan terkena zat kimia pupuk |
Organisme yang ada di pupuk |
Duduk sambil membungkuk terlalu lama |
Dehidrasi,
nyeri punggung |
Gangguan
kulit, ISPA,iritasi mata, |
Menggunakan
APD lengkap, mengatur waktu kerja agar terhindar dari paparan |
|
Pengendalian Hama dengan
Pestisida |
Panas matahari |
Terhirup, tertelan dan terkena zat kimia
pestisida |
Berdiri terlalu lama dan memikul pestisida |
Dehidrasi,
nyeri punggung |
Keracunan,
dan kulit gatal-gatal, iritasi
mata |
Dilakukan
sambil berjalan mundur, APD lengkap, Rajin cuci tangan, Beristirahat berkala |
||
Proses mengasah atau mempertajam pisau
karet yang tidak menggunakan sarung tangan. |
Membungkuk dan melakukan gerakan
berulang ulang |
Luka dan otot tegang pada bagian
tangan dan punggung |
Badan pegal-pegal, |
Beristirahat secara berkala dan menggunakan sarung
tangan |
||||
Proses mengoleskan dan menyemprot zat kimia
pada pohon karet yang tidak memakai masker dan sarung tangan |
Panas matahari |
terhirup dan terkena zat kimia yang di
semprot |
Gigitan serangga,Bakteri dan kuman dari zat
kimia yang di semprot |
Memikul beban berat terlalu lama |
Bekerja berulang ulang pada satu
objek. |
Dehidrasi, malaria, tulang punggung kaku dan gatal pada tangan
dan kaki |
Gatal-gatal pada tangan dan kaki,
sakit pinggang dan stres kerja |
Menggunakan lotion anti
nyamuk, APD lengkap, beristirahat secara berkala dan perbanyak
minum air putih |
Proses menyadap karet dengan berbagai
posisi yang tidak memakai sarung tangan dan sepatu. |
Panas matahari |
Terhirup serbuk kulit pohon karet |
Jamur dari kulit pohon karet dan
gigitan serangga |
Menjinjit dan Membungkuk terlalu
lama dan berulang, |
Tertimpa ranting kayu yang
lapuk, pijakan kaki dan batuk, iritasi kulit |
Terjatuh, malaria nyeri pada pinggang dan
pusing |
Menggunakan APD, lotion anti nyamuk dan memkai
sepatu yang layak (safety) |
|
Membawa getah karet ke tempat pengolahan
cairan getah beku yang tidak menggukan sarung tangan dan kaca mata |
Panas matahari |
Percikan getah karet pada mata dan kulit |
Bakteri, gigitan nyamuk dan serangga |
Peregangan otot tangan dan menahan beban |
Bekerja secara berulang ulang pada satu
objek |
Dehidrasi, iritasi pada
mata dan pegal-pegal |
Kelelahan, Infeksi pada mata, kram |
Beristirahat secara berkala, memakai kaca
mata dan perbanyak minum air putih |
Menyusun dan membentuk cairan getah beku tanpa menggunakan kaca
mata dan sarung tangan |
Panas matahari |
Percikan getah karet |
Jamur akibat keringat tercampur getah
karet |
Duduk sambil membungkuk terlalu
lama dan dilakukan secara berulang ulang |
Bekerja berulang ulang pada satu
objek |
Tangan kapalan, dan iritasi kulit dan
mata |
Kulit tangan mengeras, gatal-gatal dan kram |
Menggunakan sarung tangan dan bertukar
posisi saat menaikkan batako |
Mengangkat dan memndahkan cairan getah beku
dari satu tempat ketempat penimbangan
tanpa menggunakan sarung tangan dan masker |
Panas matahari |
terhirup debu dan bau cairan getah beku. |
Bakteri dan jamur cairan getah beku |
Menjinjit, menahan beban
dan membungkuk terlalu lama dan Pijakan kaki yang tidak aman |
Stres dan keram Karen beban terlalau
berat dan bau cairan getah beku yang busuk. |
Dehidrasi, Terjatuh dan
tergelincirkarena pijakan kaki yang tidak aman dan licin, mata
terkena percikan air . |
Kelelahan dan kulit gatal-gatal,
Patah tulang, iritasi mata, kram pada pinggang dan posisi tulang dapat
berubah |
Menggunakan APD sarung tangan, kaca
mata, perbanyak minum air putih dan membuat tempat pijakan kaki
yang safety |
C. Evaluasi Resiko
No |
Hazard |
Resiko |
1 |
Menjinjit dan membungkuk terlalu lama
dan Pijakan kaki yang tidak aman |
Pengaruh Fatal dan Sangat
Mungkin Terjadi |
2 |
Peregangan otot tangan dan menahan beban |
Pengaruh Fatal dan
Mungkin Terjadi |
3 |
Stres
karena 1 bidang pekerjaan hanya dilakukan oleh 1 orang sehingga monoton |
Pengaruh Ringan dan
Sangat Mungkin terjadi |
4 |
Terkena
percikan getah karet (lateks) berbau busuk |
Pengaruh Ringan dan
Sangat Mungkin Terjadi |
5 |
Gatal-gatal
dan iritasi klulit |
Pengaruh Sangat Ringan dan Mungkin Terjadi |
6 |
Jamur akibat keringat tercampur semen
batako, Jamur dari keringat pekerja |
Pengaruh Serius dan
Sangat Mungkin Terjadi |
7 |
Bakteri
dan kuman dari getah karet yang di tampung pada wadah dalam waktu yang
cukup lama |
Pengaruh Ringan Dan
Mungkin Terjadi |
8 |
Menghirup
debu dari kulit pohon karet |
Pengaruh Sangat Ringan
dan Mungkin Terjadi |
D. Risiko Pribadi dan Psikologis Terkait Kesehatan
Reproduksi di Perkebunan Karet
1)
Pelecehan dan
Penganiayaan
Pelecehan yang terjadi di Perkebunan
Karet mengacu pada berbagai perilaku yang tidak diinginkan dan dianggap sebagai
gangguan termasuk menganiaya, memaksa, mengganggu, mengintimidasi dan menghina
orang lain karena ras, usia, kecacatan, atau jenis kelamin. Dalam segala
bentuk, umumnya pelecehan terjadi karena perbedaan dalam kekuatan misalnya
seseorang mandor kebun karet atau pemilik lahan kebun karet melecehkan
seseorang yang mempunyai posisi dibawahnya bisa jadi petani karet harian.
Sering pelaku pelecehan melakukan tindak pelecehan dengan caranya dan tidak
peduli terhadap dampak yang terjadi pada korban. Mereka percaya bahwa korban
dalam posisi yang lemah, harus siap dengan perilaku ini.
Dalam kasus lain pelaku pelecehan
sepenuhnya menyadari dampak buruk tingkah lakunya dan ini dapat menjadi bagian
dari penyebab korban keluar dari pekerjaannya di kebun karet. Dalam kedua
kasus, korban yang dilecehkan sering merasa tak berdaya, dipermalukan,
terisolasi dan direndahkan.
Pelecehan biasanya serangkaian insiden,
bukan satu peristiwa dan mungkin mencakup:
·
memukul atau mendorong;
·
berteriak, mengejek
atau mengolok-olok;
·
mengancam untuk
memberikan penilaian kerja yang buruk;
·
menolak makan dengan
seseorang;
·
memindahkan pekerja
karena memiliki penyakit dan diskriminasi lain;
2)
Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual di Perkebunan
karet bisa melibatkan segala sesuatu yang bersifat gender dan tindakan seksual
yang tidak diinginkan. Daftar berikut memuat beberapa dari bentuk:
·
Penyerangan dan
pemerkosaan seksual di kebun karet
·
Pelecehan fisik,
termasuk mencium, menepuk, menyentuh, atau mencubit dengan cara seksual;
·
Pelecehan verbal ,
termasuk komentar yang tidak diinginkan tentang, kehidupan penampilan pribadi
atau badan petani yang bekerja, penghinaan dan merendahkan didasarkan pada
jenis kelamin seseorang dan lelucon diceritakan dalam cara yang ofensif;
·
Sebuah permintaan untuk
melakukan hubungan seks dengan imbalan manfaat pekerjaan (kenaikan upah petani,
melunaskan hutang, dll) atau hanya untuk menjaga pekerjaan korban.
·
Pelecehan gestural,
yang melibatkan gerakan bernada seksual seperti kedipan, mengangguk, gerakan
dengan tangan, kaki atau jari, menjilati bibir;
·
Pelecehan emosional,
melibatkan perilaku yang isolat, adalah diskriminatif terhadap, atau
mengecualikan petani karet atas dasarnya atau seksnya.
Seperti pelecehan lainnya, pelecehan
seksual di perkebunan karet memalukan dan merendahkan. Namun, di samping itu,
pengalaman pelecehan seksual sangat pribadi, emosional yang menyakitkan dan
sulit untuk dibicarakan oleh petani karet. Ketika korban diawasi/dikelola oleh
peleceh, mereka sering takut pembalasan di perkebunan karet jika mereka
melaporkan apa yang telah terjadi: diberi tugas terburuk memalukan atau
kehilangan pekerjaan mereka sepenuhnya. Akibatnya, pelecehan seksual di kebun
karet sering kali tidak dilaporkan.
3)
HIV/AIDS Di Perkebunan
Karet
Kasus HIV/AIDS di perkebunan karet
terdapat kecenderungan jumlahnya massif. Jumlah kasus HIV/AIDS sebagian besar
terdapat pada kelompok usia kerja produktif yang akan berdampak negatif
terhadap produktivitas perkebunan karet. Maka untuk mengantisipasi dampak
negatif dari kasus HIV/AIDS di kebun karet diperlukan upaya pencegahan dan
penanggulangan yang optimal. Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan
penangglangan HIV/AIDS di kebun karet, pemilik kebun atau mandor wajib:
·
Mengembangkan kebijakan
tentang upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS;
·
Mengkomunikasikan
kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan bagi petani karet
·
Memberikan perlindungan
kepada Petani karet dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminasi
·
Menerapkan prosedur K3
khusus untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan standar yang berlaku.
Status HIV seseorang petani karet
tidak boleh menyebabkan ia mengalami diskriminasi di kebun karet. Apalagi
menjadi alasan untuk diberhentikan dari pekerjaannya. Karena HIV/AIDS tidak
akan menular kepada pekerja lain dalam hubungan sosial sehari-hari dalam
lingkungan kerja perkebunan. Upaya-upaya pencegahan HIV dan AIDS di kebun karet
akan dapat mencegah penularan HIV terhadap para petani dan melakukan
upaya-upaya pendidikan kesehatan pada semua petani sehingga tetap produktif.
4)
Narkoba Di Perkebunan
Karet
Biasanya petani bisa terjerumus narkoba dikarenakan
petani karet sering merasa suntuk akan pekerjaannya dan mencari
kesenangan-kesenangan semu, termasuk petani karet baik tingkatan umur dan jenis
kelamin apapun. Tetap berisiko terhadap penyalahgunaan narkoba.
Untuk mencegah dan
menanggulangi pengaruh buruk terhadap kesehatan, ketertiban, keamanan dan
produktivitas kerja petani karet akibat penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di kebun karet diperlukan upaya
pencegahan dan penangggulangan yang optimal, serta peran aktif pihak pemilik
kebun dan petani karet. Upaya aktif dari pihak pemilik karet dalam pencegahan
dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya di kebun karet adalah dengan penetapan kebijakan serta
penyusunan dan pelaksanaan program.
Narkoba dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan dan mengakibatkan kecelakaan serta penurunan produktivitas. Dengan
upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di kebun karet maka
pekerja dapat terhindar dari bahaya narkoba sehingga selalu sehat dan tetap
produktif.
E. Strategi Intervensi Perubahan Perilaku
Strategi
menurut Piagam Ottawa Charter (1986) diantaranya:
·
Kebijakan
Berwawasan Kesehatan (Health Public
Policy) yaitu Pembuat keputusan/ penentu
kebijakan yang berwawasan kesehatan.
Sebaiknya pemerintah membuat
peraturan yang mendukung dan mencakup perkebunan karet yang kompleks dan
dinamis serta uptodate seputar
perkebunan karet agar para petani karet dalam melakukan pekerjaan mulai dari
pembukaan lahan sampai penyadapan misalnya wajib menggunakan APD pada saat
menyemprot pestisida atau melakukan pemupukan, ataupun Jika peraturan ini dilanggar, berikan
punishment kepada setiap petani karet agar para petani karet mau menggunakan
APD dan sadar betapa pentingnya menggunakan APD.
·
Lingkungan
yang Mendukung (Supportive Environment)
yaitu mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung serta
memperhatikan dampak terhadap lingkungan yang kondusif terhadap kesehatan
masyarakat
Tidak cukup hanya dengan kebijakan
(peraturan), sebaiknya mengajak para tokoh masyarakat setempat yang bila mata
pencaharian masyarakat tersebut memang bertani karet untuk memberikan
penyuluhan dan pengetahuan kepada para petani untuk menggunakan APD dan
pendidikan tentang kesehatan reproduksi untuk menekan risiko potensi bahaya
psikologis misalnya. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja di perkebunan yang
aman dan terhindar dari kecelakaan kerja.
·
Reorientasi
Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services) yaitu melibatkan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya sendiri.
Membangun puskesmas ataupun
puskesmas pembantu di daerah sekitar lahan perkebunan juga para tenaga
kesehatan rutin untuk memberikan penyuluhan dan rutin mengecek kesehatan para
petani karet sehingga para petani dapat menjaga kesehatannya dan mengontrol
penyakit yang mereka derita.
·
Keterampilan
Individu (Personal Skill) yaitu meningkatnya keterampilan setiap
anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri
Setelah para petani karet memiliki
fasilitas kesehatan dan mampu mengakses pelayanan kesehatan maka berikan jadwal
rutin dapat berupa kartu untuk rutin datang ke pelayanan kesehatan untuk
mengecek kesehatannya sehingga ia akan mampu memelihara dan meningkatkannya
kesehatannya.
·
Gerakan
Masyarakat (Community Action)
yaitu derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di
masyarakat tersebut bergerak bersama-sama
Puskesmas yang ada di daerah tersebut
tidak hanya melakukan program ataupun penyuluhan kepada para petani karet namun
juga kepada masyarakat sekitar. Kemudian melakukan program-program kegiatan
berwawasan kesehatan, seperti senam, bazar sayur dan buah, dan sebagainya.
Sehingga masyarakat yang berada disana dapat menjaga kesehatannya dan
meningkatkan derajat kesehatan masing-masing.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan
masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja oleh petani karet pada proses dari pembukaan lahan sampai panen dan
penyadapan hasil karet masih banyak ditemukan berbagai masalah yang menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja baik dari segi potensi bahaya dan risiko
jangka panjang, langsung, terkait kesejahteraan maupun risiko pribadi dan
psikologis.
Oleh
karenanya, sangat diperlukan strategi intervensi perubahan perilaku yang
sistematis dan berkesinambungan agar kualitas hidup dan derajat kesehatan
setinggi-tingginya para petani karet dapat terealisasi.
B. Saran
Sebaiknya
petani karet lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya, serta petani
karet juga harus benar-benar memanfaatkan fasilitas yang tersedia dalam
melakukan proses menyadap karet dan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri
saat bekerja agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat
Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik
Perkebunan Indonesia 2006- 2011: Karet (Rubber). Jakarta: Sekretariat
Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian.
Miftahudin, Hanif. (2016). Hubungan
Antara Sikap Kerja Membungkuk Dengan Perubahan Kurva Vertebra Pada Kuli
Bangunan. Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tresnainingsih, Erna. Bahan Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dasar.
http://binaukm.com/2010/04/teknik-budidaya-tanaman-karet-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet-tahap-persiapan/ Diakses pada : Sabtu 11 April 2020
Suma’mur PK. 1995. Hyperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi,
Jakarta. Dharma Sakti Menara Agung.
................. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. CV.
Haji Masagung. Jakarta. Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB ,
Bandung.
Tambusai, M. 2001. Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Makalah Seminar K3 RS. Persahabatan
Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
Direktorat International Labour
Organization Jakarta 2013. SCORE Modul 5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana
untuk Produktivitas. Jakarta : International Labour Organization (ILO) Jakarta
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun