Sendirian
Sejatinya hati penuh rahasia, siapa yang tahu. Merasa sendiri dalam keramaian seolah-olah lumrah terjadi, senyum yang ada terpancar bisa jadi tiada makna dari senyumnya hati. Dunia sudah penuh hingar bingar, namun yang terjadi malah sepi. Hati berandai bisa berisik, dia akan berkata kalau disini, ditempat ini seperti luar angkasa yang sunyi. Sepi Dalam Keramaian. Kata sepi dan ramai yang tadinya berlawanan kemudian menjadi satu kalimat yang tidak lagi berseberangan, dilema cukup pelik karena merasakan hal yang kontras dalam satu waktu. Ungkapan yang sering terdengar seperti Paradoks.
Hiruk pikuk kehidupan tak selamanya bisa membuat hati dan pikiran ikut merasa dalam keadaan ada. Mata memang bisa memandang indahnya keramaian, telinga memang mendengar getaran suara orang-orang, namun hati tak mampu menyimpulkan keadaan yang sebenarnya. Indah dilihat mata, belum tentu nyaman di pandang oleh hati. Enak di dengar, belum tentu bisa membius perasaan.
Sepi hati di atas keramaian dunia datang bukan karena kesedihan yang berlarut ataupun trauma psikologis lain, kemunculannya disebabkan rasa penat akan kehidupan, penat akan permasalahan dan nestapa, letih akibat keadaan. Bukan putus asa, ini hanya sunyi sementara, seperti hal nya akan ada hikmah dibalik suatu musibah. Sepi hati tak akan membunuh, sunyi hati tak bisa membuat mati. Tapi kemudian bisa membuat luka yang dalam. Tak diakui, tak diperhatikan, tidak dianggap dan dirasa ada. Apalah artinya keramaian jika hati masih sunyi.
"Sungguh engkau memiliki teman yang banyak sekali", ujar seseorang kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. "Tunggulah nanti", jawab beliau, "Di saat aku tertimpa musibah, barulah aku dapat menghitung mereka yang sejati."
Hal ini menjadi tabiat sebagian manusia, bahwa mereka suka memeroleh keuntungan, dan tak rela mendapatkan kerugian, ringan untuk berbagi kebahagiaan, tetapi enggan untuk ambil peran dalam kenestapaan, serta datang di kala kita lapang, tapi tak tampak di kala kita tengah merana.
Meskipun kita dalam himpitan kesusahan, walau di keramaian itu kita merasa sendirian, sesungguhnya ada yang sedang berbisik pada kita agar kembali pada-Nya, yang hanya ingin kita mengandalkan Dia, dan tak bergantung kepada segala yang sementara. Dan Dia selalu ada, sebaik-baik yang mampu menolong dan membela kita.
Sungguh permata apa yang pernah dikatakan Imam Syafi'i kiranya berbunyi "Apabila manusia menghindar darimu, di saat engkau berada dalam derita, maka ketahuilah bahwa Allah menghendaki, agar Dia sendiri yang menangani urusanmu. Dan cukuplah Allah sebagai sebaik Dzat Yang Diserahi."
Mengetahui kalau mengeluh tak akan membuat masalah membaik. Derap langkah hanyalah menjalani kehidupan dengan penuh harapan pada-Nya. Tak apa jika tak diakui, Dia selalu tahu jika aku ada, tanpa ada aku dunia ini, mustahil bisa dikatakan dunia. Karena aku adalah bagian yang telah, sedang, dan akan menjadi catatan dari dunia.
Ketika dunia mengalihkan pandangannya. Pandanglah dunia dari sisi berbeda. Maka mari menampakkan diri di tempat dan waktu yang Dia cintai, sungguh dia menunggu kita, Dia yang tak ingin kita berlama dikala keadaan sulit berkepanjangan, mengeluarkan kita dari neraka yang bernama kesepian. Ingatkah kita bahwa dulu kita juga sendiri lalu skenario langit mencarikan jalan dan teman sejati, hadir untuk menuntun. Jangan pernah merasa sedih dalam keramaian, Dia tidak akan pernah meninggalkanmu.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun