Ingin
hari-hari terlewati kini bukan hari gelap,
buta tanpa warna, berakhir cahaya,
sesak rasa, begitu hari kamarin yang kalut
tidak karena ku menembus angkasa,
tidak pula karena ku menangi nirwana,
tapi karenamu,
telah menerobos di antara hati yang merana,
kini senjaku bukan senja penuh cerca,
kosong, hampa, tapi penuh cinta,
tidak karena ku telah gapai bintang-bintang,
tidak pula karena asa yang saling menggalang,
tapi karena dirimu,
yang menjadi hujan di saat jiwa kemarau panjang,
kini yang ada terasa adalah nestapa
kata-kata penuh makna,
hampa tapi terasa,
berwarna bukan karenaku,
memesona mekar karenamu,
kamu,
adalah segenggam pasir di pantai kalbu,
menghambur di antara resah pikirku,
bergerak di detak rindu,
menyebar di antara pilu,
merasuk di dalam syahdu,
merenggut semua ragu,
lembar demi lembar kertas
tak cukup hanya untuk
melukis rona wajahmu
tetes demi tetes tinta
habis menuliskan rasa dibenakku
bait demi bait puisi romansa
tak cukup hanya untuk
mengungkapkan rasa dijiwa
melihat walau tak terlihat
sudah cukup menelusup bayang itu
mendengar walau tak terdengar
sudah cukup riuh penuh haru
doa adalah sebaik-baik bukti perhatian penuh rindu
diam adalah sebaik-baik bukti kekaguman yang semu
mengamati dari jauh adalah pengharapanmu
kau adalah bintang biru,
bersinar di antara langit kelabu,
kupandangi di setiap malam sendu,
bersama bulan yang malu-malu itu,
kamu, rahasiaku.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun