Berbeda Arah

Ditulisan saya kali ini, saya mengajak kita semua untuk menyaksikan kembali paradigma
Islam saat ini dengan banyaknya ragam gerakan, jama'ah, dan kelompok dengan pelbagai macam aliran pemikir oleh sebagian besar orang menganggap ini fenomena yang biasa saja.

Namun saya pribadi tidak menganggap demikian. Berdasarkan ukuran neraca syariat sebagai tulang punggung aktivitas Islam, khidmatnya bagi kaum muslim, serta ekses negatif yang selalu muncul ke permukaan. Saya menganggap hal ini merupakan fenomena yang cukup mengkhawatirkan dan berisiko membahayakan. Hanya Allah ta'ala saja yang tahu akhir kesudahannya.

Jika saja fenomena keberagaman ini mutlak tanpa rasa fanatisme dan taqlid, disemai dengan nafas ukhuwah, terjalin komunikasi efektif untuk saling mengerti mungkin hal ini takkan perlu untuk didiskusikan. Keberagaman dalam dunia Islam saat ini hanyalah melahirkan perselisihan dan permusuhan di dalamnya. Yang dihembuskan hanyalah nafas hasad dan dengki antar sesama dan berakhir dengan sikap saling mencela dan intai kelemahan perbedaan diantara mereka. Padahal, harusnya mereka saling menguatkan, menutupi kelemahan dan memahami demi persatuan islam.

Keragaman hari ini semakin tidak baik-baik saja dan menjamur tak terkendali. Yang memungkinkan musuh-musuh Islam bertambah subur di negeri Islam. Mereka datang dengan panji-panji islam, datang dengan slogan Islam, datang dengan keyakinan Islam. Namun dibaliknya, terpatri dengan sedemikian rupa niat beracun dan membahayakan.

Seiring berjalannya waktu dan kelompok seperti ini bertambah jamaahnya, kaum muslim akan jadi kebingungan menentukan arahnya. Mereka akan dipusingkan dengan loyalitas mereka, mereka akan dipusingkan dengan arah kerja sama mereka. Mereka akan dipusingkan dengan arah kepercayaan mereka. Hal ini didesain menciptakan kondisi sedemikian itu. 

Keragaman hanyalah menggoreskan kondisi yang cukup pahit, menyedihkan, dan melahirkan tanda tanya di seluruh gerakan. Mana yang hitam dan mana yang putih, mana yang apa adanya dan mana yang begitu naif. Dan akhirnya aktivitas Islam melambung tanpa pondasi aqidah, tanpa eksistensi pasti. 

Pertikaian antar sesama kaum muslimin merupakan cita-cita musuh islam. Mereka hanya akan menari diatas penderitaan Islam. Dan inikah yang kita inginkan? Tentu tidak.

Lahirnya gerakan demi gerakan tanpa alasan merupakan awal keberagaman yang tidak sehat. Dapat diilustrasikan seperti adanya 3-5 orang berselisih paham dengan jamaah yang selama ini menjadi rumah tempat ia tinggal, lantas mereka membuat jamaah baru. 3-5 orang keluar dari organisasi dan segera membuat gerakan baru seolah-olah gerakan baru itu penyelamat. Orang-orang seperti ini sudah sangat banyak, tak terhitung jumlahnya. 

Jamaah dahulu lahir dari para pendiri yang memiliki kemampuan ijtihad dan telaah yang komprehensif serta menjunjung tinggi nilai akhlak dan menjaga prinsip ikhtilaf tanpa melenceng sedikitpun dari jalur ukhuwah yang sudah mantap terbangun.

Sangat kontras saat ini, keberagaman hanya mengadu perbedaan tanpa ilmu, tanpa akhlak, tanpa landasan syariat berarti. Hanya mencari dalil demi dalil untuk menjatuhkan saudara seiman. Tampil mencari pengaruh dan lari dari tanggung jawab serta enggan berkorban. 

Arus pemikiran selalu terpecah menjadi ekstrem dan moderat, yang ekstrem terbagi lagi menjadi aliran kecil yang ekstrem dan moderat, begitu seterusnya. Yang satu berdalih ekstrem bersandar pada rasio, yang lainnya berbeda. Hal ini bisa jadi karena fanatisme salah kaprah yang dianut banyak orang. Fanatisme yang harusnya ditujukan kepada kebenaran haqiqi keislaman sekarang berhaluan kepada figuritas dan ketokohan semata.

~~ Kaum muslim sangat mudah menyanjung kehebatan, tersanjunglah tokoh dengan lidah jamaahnya bertutur, sementara dalam hati tak ada apa-apa. Kita terlalu mudah mengunyah pemberian dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa tokoh adalah seorang hebat, alim dan abid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri dalam diri. ~~

Apakah dengan kondisi seperti ini kita menerima keberagaman sebagai fenomena penuh kewajaran? 
Oleh karenanya, harusnya kita menghindari ego kita, demi tegaknya dakwah kita. Renungi dan sadarilah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal-Soal Sistem Informasi Kesehatan

Teks Doa Dies Natalis Kampus

SURVEILANS KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU