Asalkan Allah Ridho
Betapa indah hidup orang-orang yang telah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat berharap. Tak ada lagi yang bisa membuatnya galau.
Setiap kejadian yang menimpa akan ia jadikan sebagai sebab untuk berharap; semoga dengan itu Allah semakin sayang padanya.
Apapun itu, bagaimanapun itu, seperti apapun keadaannya, ia berharap semoga dengan itu Allah maafkan kesalahan, Allah berikan ampunan, Allah curahkan kasih sayang.
Enak atau tidak enak, sehat atau sakit, kaya atau miskin, didekati atau dijauhi, mendapatkan atau kehilangan, dipuji atau dicaci, semuanya indah.
Harapannya hanyalah; asalkan dengan itu Allah ridho, asalkan dengan itu Allah tidak murka, asalkan dengan itu Allah memandang sepenuh cinta, asalkan dengan itu Allah semakin mendekap, asalkan dengan itu Allah tidak meninggalkannya saat hari-hari yang mendebarkan di akhirat nanti.
Penderitaan dan bencana terbesar dalam hidup itu justru saat Allah meninggalkan kita, tak lagi mempedulikan kita, dibiarkannya kita tenggelam dalam kesenangan yang melalaikan. Naudzubillah.
Ada yang bilang, terkadang dalam hidup; Yang dicari - malah hilang, yang dikejar - malah lari, yang ditunggu - malah pergi.
Mungkin memang harus begitu, sampai hati kita lelah mengejar selain Allah, membuat kita akhirnya sadar, bersujud dan berserah. Gak akan hilang kalau yang kita cari Allah, Dia Maha Dekat dan menunggu hambaNya setiap saat.
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membuka tanganNya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tanganNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat”. (HR. Muslim)
Gak akan pergi kalau yang kita kejar Allah. Dialah yang selalu menanti hambaNya kembali.
“Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”(HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Lepaskan semua inginmu dan harapmu terhadap manusia, pasrahkan pada Allah yang tak pernah meninggalkan kita.
Semoga di sisa usia kita yang mungkin tidak lama lagi ini, kita bisa merasakan kondisi hati yang seperti ini. Kondisi hati yang murni, bersih, jernih, bening, hanya benar-benar mengharap keridhoan-Nya.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar yang membangun